Adian Husaini
Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”
Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?
0 Komentar | dibaca 1761 hits - Baca Lanjut |
Beberapa pelajar mengusung tandu sebagai simbol perjuangan masa lalu. Lagu Halo-Halo Bandung, Karatagan Pahlawan, Bendera Merah Putih serta beberapa lagi wajib lainnya menggema membelah keheningan Kota Bandung. Pawai obor yang dilakukan ribuan pelajar SMP dan SMA se-Kota Bandung mewarnai peringatan Bandung Lautan Api (BLA) ke-63 tahun 2009, Senin malam.
Pawai obor yang dilakukan generasi muda Kota Kembang itu merupakan kegiatan rutin tahunan yang diperingat setiam malam tanggal 23 Maret sebagai peringatan atas peristiwa heroik pembakaranm bangunan di Kota Bandung oleh opara pejuang Kota Bandung pada 23 Maret 1946. Iring-iringan pawai obor menempuh rute sekitar lima kilometer. Start dilakukan selepas mengheningkan cipta dari Tugu Bandung Lautan Api di Kompleks Lapangan Tegalega Bandung menyusuri Jl Mohamad Toha, Jl RA Kartini, Alun Alun Bandung, Jl Banceuy, Jl Naripan, Jl Braga dan finish di Balaikota Bandung Jl Wastukencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar